
Di dalam sebuah riwayat, Menceritakan tentang kisah seorang lelaki yang separuh umur bernama Abu Nawas... Sedang duduk bersendirian memerhati suasana matahari yang kian tenggelam di ufuk barat. Suasana itu sungguh indah sehinggakan tidak terlafas dengan kata-kata bertapa indahnya suasana itu. Disaat langgit di hiasi oleh biasan cahaya kuning jungga keemasan, Dia terus dan terus memerhati dengan penuh saksama sehinggalah suasana itu hilang seiringgan dengan tengelamnya matahari di ufuk barat...
Di saat tenggelamnya matahari bersama purdahnya keindahan suasana tadi. Dia yang tidak dapat menahan sebak yang bergelora di dalam hati, akhirnya menitiskan air mata..... Di menangis. Entah mengapa sebak meruntun jiwanya. esakkannya semakin kencang dan tersedu-sedu menahan pilu lalu ditadahnya kedua tangannya"
" Wahai Tuhan, Aku tidak layak kesyurga-Mu "
" Namun tak pula, Aku sanggap keneraka-Mu "
" Ampunkanlah segala dosa aku , terimalah taubat ku "
" Sesungguhnya, Engkaulah Maha penggampun dosa-dosa besar "
" Dosa-dosaku bagaikan pepasir dipantai "
" Dengan rahmat-Mu, ampunkan aku, Oh Tuhan ku"
" Dan usiaku berkurang setiap hari "
" Dan dosaku bertambah setiap masa "
" Tuhan ku, hamba-Mu yang sering melakukan maksiat telah datang kepada-MU"
" Sentiasa berbuat dosa dan sesungguhnya telah berdoa kepada-MU "
" Jika engkau ampunkan, maka itu Hak-MU "
" Jika Engkau tinggalkan, kepada siapa lagi yang hendak aku harapkan seperti-MU "
Itulah ( I'tiraf ) pengakuan seorang hamba Allah s.w.t di saat dia menyedari yang usianya kian menghampiri senja. Sudah pasti jemputan Allah s.w.t untuk kembali akan datang bila-bila masa sahaja. Di saat Allah memanggil, Di saat itu juga Izrail akan datang menjemput. Ya ALLAH... alangkah dekatnya kematian itu...
" Bila Izrail, datang memanggil, jasad terbujur di pembaringgan "
" Seluruh tubuh akan mengigil, terbujur badan yang kedingginan "
" Tiada lagi gunanya harta, kawan karib, sanak saudara "
" Jikalah ada amal di dunia, itulah hanya pembela kita "
Di saat Matahari kian tenggelam, dia sedar bahawa hidupnya di dunia akan seperti itu juga. Alangkah ruginya kita kerana sedikit pun tak terdedit di hati sanubari kita untuk melihat dan merenung tanda-tanda kebesaran Allah s.w.t apatah lagi mengambil ibrah daripada setiap apa yang berlaku di sekeliling kita. Alangkah malangnya diri...
Lihatlah di saat matahari kian terbenam... tidak sedikitpun ia menderhaka kepada masa, apa bila masanya sudah tiba maka tenggelamlah ia bersama cahayanya yang indah itu... Kemungkinan itu lah detik yang mencemaskan kepada sang pencinta dunia. dan detik yang indah kepada sang pencinta penciptanya... Namun dizaman sekarang masih ramai yang terlena di buai keindahan dunia yang sementara , seolah-olah masa sudah di kunci dan di simpul rapi dengan harapan tidak akan berlalu lagi hari-hari yang pastinya memusnahkan cinta nafsu pada dunia yang di cipta Ilahi....
(al-imran 3:190-191) "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya siang malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (iaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Sahabatku, diberitakan ketika surah Ali ‘Imran 191 itu diturunkan, Rasulullah saw telah menangis. Ketika Sayidina Bilal bertanya, “mengapa kau menangis ya Rasulullah?”Rasulullah saw bersabda yang mafhumnya. “celakalah wahai Bilal mereka yang membaca ayat ini tetapi tidak memikirkan makna dan tuntutannya.”
Comments